Efektivitas obat antiretroviral atau ARV dalam menanggulangi Human Immunodeficiency Virus/Aquired Immuno Deficiency Syandrome (HIV/AIDS) hingga saat ini dinilai belum sempurna karena memiliki efek samping
"Memang benar obat Anti Retroviral (ARV) ini memiliki efek samping. Hal ini sama dengan mengonsumsi obat lainnya seperti obat menghilangkan sakit kepala," kata Project Officer Global Fund Dinas Kesehatan Sumut, Andi Ilham Lubis, di Medan, Kamis.
Namun sejauh ini, lanjut dia, belum ada data akurat tentang efek samping obat tersebut karena data langsung direkap oleh masing-masing klinik Voluntary Counselling Test (VCT) yang ada.
"Kalau berbicara data jumlah penderita yang mengalami efek samping dari mengonsumsi ARV itu kita belum memilikinya karena datanya langsung direkap oleh masing-masing VCT," katanya.
Konsultan Penyakit Tropik, dr Umar Zein, mengatakan, penderita AIDS yang mengonsumsi ARV jenis Nevirapin dan Efavirin memiliki efek samping, seperti penderita dapat mengalami kerusakan pada hati dan anemia.
"Sekitar 25 persen pasien yang mengonsumsi jenis ARV ini mengalami hal tersebut. Jika ini terjadi, maka ARV yang sebelumnya dikonsumsi oleh penderita akan diganti dengan jenis ARV lainnya," katanya.
Menurut dia, pengobatan dalam ARV resistensi dan efek samping masih menjadi kendala. Kondisi ini disebabkan karena virus HIV/AIDS yang mempunyai kemampuan mutasi yang cepat sehingga daya antivirus dari obat tidak berguna bagi virus HIV/AIDS yang baru.
Obat antiretrovirus seperti ABC, ARV, d4T, TDF, EFP, NVP telah digunakan di banyak negara. Meskipun efek terapinya cukup baik, namun obat-obatan tersebut masih memiliki kelemahan, seperti resistensi yang cepat terutama bila penggunaannya tidak disiplin.
"Jadi, sebelum penderita itu mengonsumsi ARV ini, kita melakukan pemeriksaan terhadap fungsi hatinya. Idealnya bagi penderita yang memiliki efek samping dari ARV ini hendaknya melakukan kontrol dua minggu sekali," katanya.(abd)
Namun sejauh ini, lanjut dia, belum ada data akurat tentang efek samping obat tersebut karena data langsung direkap oleh masing-masing klinik Voluntary Counselling Test (VCT) yang ada.
"Kalau berbicara data jumlah penderita yang mengalami efek samping dari mengonsumsi ARV itu kita belum memilikinya karena datanya langsung direkap oleh masing-masing VCT," katanya.
Konsultan Penyakit Tropik, dr Umar Zein, mengatakan, penderita AIDS yang mengonsumsi ARV jenis Nevirapin dan Efavirin memiliki efek samping, seperti penderita dapat mengalami kerusakan pada hati dan anemia.
"Sekitar 25 persen pasien yang mengonsumsi jenis ARV ini mengalami hal tersebut. Jika ini terjadi, maka ARV yang sebelumnya dikonsumsi oleh penderita akan diganti dengan jenis ARV lainnya," katanya.
Menurut dia, pengobatan dalam ARV resistensi dan efek samping masih menjadi kendala. Kondisi ini disebabkan karena virus HIV/AIDS yang mempunyai kemampuan mutasi yang cepat sehingga daya antivirus dari obat tidak berguna bagi virus HIV/AIDS yang baru.
Obat antiretrovirus seperti ABC, ARV, d4T, TDF, EFP, NVP telah digunakan di banyak negara. Meskipun efek terapinya cukup baik, namun obat-obatan tersebut masih memiliki kelemahan, seperti resistensi yang cepat terutama bila penggunaannya tidak disiplin.
"Jadi, sebelum penderita itu mengonsumsi ARV ini, kita melakukan pemeriksaan terhadap fungsi hatinya. Idealnya bagi penderita yang memiliki efek samping dari ARV ini hendaknya melakukan kontrol dua minggu sekali," katanya.(abd)