Banyak pihak beranggapan, membicarakan seks kepada anak dan remaja adalah hal yang tabu. Yang ditakutkan adalah pendidikan seks justru akan memancing anak dan remaja untuk tertarik berhubungan seksual. Padahal, secara ilmiah sudah terbukti sebaliknya. Remaja yang diberikan pendidikan seks yang tepat justru menunda berhubungan seksual.
Studi yang digagas oleh organisasi kesehatan reproduksi The Guttmacher Institute telah membuktikan pentingnya pendidikan seks pada kalangan remaja. Para ahli menganalisa data sekitar 4.691 remaja Amerika Serikat berusia 15-24 tahun yang diperoleh dari National Survey of Family Growth antara tahun 2006 hingga 2008 .
Pertanyaan dalam survei tersebut antara lain berusaha menggali apakah para remaja memiliki bekal formal mengenai bagaimana menolak seks dan juga metode kontrasepsi. Para remaja itu juga menjawab pertanyaan tentang pengalaman pertama mereka melakukan seks vaginal.
Hasil survei menunjukkan, sekitar dua pertiga remaja putri dan 55 persen remaja pria pernah mendapatkan informasi mengenai pentingnya kontrasepsi dan mengatakan tidak pada hubungan seks. Sekitar 20 persen menjawab mereka hanya belajar bagaimana menunda seks dan 16 persen perempuan dan 24 persen anak laki-laki mengatakan mereka tidak mendapatkan pendidikan seks.
Kelompok terakhir, yakni yang tidak mendapat pendidikan seks ternyata memiliki perilaku seksual yang paling buruk. Dari kelompok ini, lebih dari 80 persen mengaku mereka berhubungan seks sebelum berusia 20 tahun.
Selain itu, remaja yang mendapatkan pendidikan seks mengaku mereka menggunakan kontrasepsi saat berhubungan seks pertama kali. Mereka juga cenderung memiliki pasangan yang "lebih sehat", yakni kekasih yang usianya sepantar atau tidak lebih dari tiga tahun.
Penelitian lain yang pernah dipublikasikan menemukan bahwa pendidikan seks yang komperhensif adalah mengajarkan remaja untuk tidak berhubungan seks sama sekali (abstinence). Dengan cara ini, para remaja akan menunda hubungan seks dan juga mencegah kehamilan.
Pada dasarnya, para peneliti ingin menyampaikan pentingnya pendidikan seks pada anak-anak dan remaja sebelum pengalaman mereka berhubungan seks.
Studi yang digagas oleh organisasi kesehatan reproduksi The Guttmacher Institute telah membuktikan pentingnya pendidikan seks pada kalangan remaja. Para ahli menganalisa data sekitar 4.691 remaja Amerika Serikat berusia 15-24 tahun yang diperoleh dari National Survey of Family Growth antara tahun 2006 hingga 2008 .
Pertanyaan dalam survei tersebut antara lain berusaha menggali apakah para remaja memiliki bekal formal mengenai bagaimana menolak seks dan juga metode kontrasepsi. Para remaja itu juga menjawab pertanyaan tentang pengalaman pertama mereka melakukan seks vaginal.
Hasil survei menunjukkan, sekitar dua pertiga remaja putri dan 55 persen remaja pria pernah mendapatkan informasi mengenai pentingnya kontrasepsi dan mengatakan tidak pada hubungan seks. Sekitar 20 persen menjawab mereka hanya belajar bagaimana menunda seks dan 16 persen perempuan dan 24 persen anak laki-laki mengatakan mereka tidak mendapatkan pendidikan seks.
Kelompok terakhir, yakni yang tidak mendapat pendidikan seks ternyata memiliki perilaku seksual yang paling buruk. Dari kelompok ini, lebih dari 80 persen mengaku mereka berhubungan seks sebelum berusia 20 tahun.
Selain itu, remaja yang mendapatkan pendidikan seks mengaku mereka menggunakan kontrasepsi saat berhubungan seks pertama kali. Mereka juga cenderung memiliki pasangan yang "lebih sehat", yakni kekasih yang usianya sepantar atau tidak lebih dari tiga tahun.
Penelitian lain yang pernah dipublikasikan menemukan bahwa pendidikan seks yang komperhensif adalah mengajarkan remaja untuk tidak berhubungan seks sama sekali (abstinence). Dengan cara ini, para remaja akan menunda hubungan seks dan juga mencegah kehamilan.
Pada dasarnya, para peneliti ingin menyampaikan pentingnya pendidikan seks pada anak-anak dan remaja sebelum pengalaman mereka berhubungan seks.
Sumber : Kompas Health