
Tak hanya itu, anak juga akan belajar mencintai diri sendiri dari cara mereka diperlakukan, terutama saat orang tua bereaksi terhadap kesalahan mereka. Maka jauhkanlah sikap emosional saat menghadapi anak yang baru berbuat kesalahan.
Sebab seperti yang diungkapkan John Gray, PhD., penulis buku Children Are From Heaven, mengharapkan anak untuk tidak melakukan kesalahan sama dengan menetapkan suatu standar yang tak mungkin terpenuhi. Jadi ketika anak melakukan kesalahan, sebaiknya kita melakukan beberapa hal berikut :
Situasi : Anak bercerita, ia mendapat hukuman di sekolah karena kedapatan melanggar peraturan.
Sikap kita : Bereaksilah dengan tenang, tanyakan apa yang terjadi dan apa yang telah ia perbuat. Sebaiknya hindari membuat anak merasa tambah bersalah dengan menghakiminya. Ajak anak untuk bercerita jujur dan dengarkan ceritanya dengan sungguh-sungguh.
Lalu tanyakan bagaimana perasaannya, apakah sedih, marah, atau kecewa. Karena pada dasarnya, anak-anak segala usia butuh didengarkan, baik saat senang maupun ketika sulit. Dengan demikian, anak tidak merasa kesepian karena tak bisa mencurahkan isi hatinya sehingga selalu terdorong meraih sukses serta bergerak maju.
Situasi : Anak berselisih dengan temannya.
Sikap kita : Anak mengalami konflik dengan teman sebayanya adalah hal yang wajar. Dan jangan selalu sandingkan konflik dengan hal yang buruk, sebab ada pelajaran berharga yang bisa dipetik yaitu membuat anak punya rasa menghargai dan belajar tentang pertemanan yang sesungguhnya.
Tanyakan dengan lembut bagaimana pendapat anak kita mengenai posisinya sendiri dalam pertengkaran tersebut. Apakah ia merasa memulai pertengkaran, menjadi korban, atau malah menjadi penonton. Ini akan membantu anak kita menilai sendiri sejauh mana kesalahannya.
Situasi : Anak dapat nilai buruk dalam salah satu mata pelajaran.
Sikap kita : Cari tahu kendala yang dialami anak dan temukan solusinya. Pada prinsipnya, setiap pelajaran punya tingkat kesulitan masing-masing. Metode belajar pada setiap anak pun tidak sama.
Maka hindari menciptakan standar sempurna pada anak, termasuk dalam nilai pelajaran. Bangunlah rasa optimis agar anak mampu meningkatkan nilai pelajaran.
Situasi : Anak merusak benda kesayangan di rumah.
Sikap kita : Jangan memukul! Karena terbawa emosi kita menjadi mudah sekali memukul anak. Apapun alasannya, memukul anak tidak diperbolehkan karena ini hanya akan membiasakan anak kita terhadap kekerasan yang nantinya membuat mereka tumbuh menjadi anak yang kasar.
Ajarkan anak untuk meminta maaf, apabila melakukan kesalahan. Sikap kooperatif seperti ini akan membuatnya lebih peka terhadap perasaan orang yang ia sakiti.
Situasi : Anak kerap menyela ucap kita, dengan cara yang kurang sopan.
Sikap kita : Tanggapi dengan tenang dan dengan nada positif. Misalnya dengan berkata, “Kamu mau, ‘kan diam sebentar?”
Anak perlu mengerti bahwa ada kalanya mereka boleh tak sependapat dengan kita. Tapi, ayah dan ibu tetaplah pemegang kendali dalam keluarga, dan harus dihormati. Untuk menghindari anak menyela kata-kata kita, sampaikan pesan secara langsung dan berterus terang.
Ini jauh lebih efektif ketimbang menyampaikannya lewat penjelasan panjang lebar. Plus, cara ini akan membuat anak cepat bosan, sehingga tak dapat menangkap maksud dari apa yang kita ucapkan.