Tantangan anak dan remaja saat ini memang berat. Aktivitas yang padat dari pagi sampai sore yang sudah dirancang agar anak siap menghadapi persaingan di masa mendatang.
Sementara itu, orangtua sibuk bekerja. Untuk itu, mereka berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak mereka. Sayangnya, mereka toh tak punya waktu cukup untuk memperhatikan, mendampingi dan mengawasi anak-anaknya.
Nah, bagaimana orangtua bisa berperan membantu anak untuk menghadapi kehidupan yang keras ini? Ibu Elly Risman, Psi . menuturkannya panjang lebar melalui sebuah seminar di Jakarta. Sementara itu, orangtua sibuk bekerja. Untuk itu, mereka berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak mereka. Sayangnya, mereka toh tak punya waktu cukup untuk memperhatikan, mendampingi dan mengawasi anak-anaknya.
Pastikan Asupan Energi Cukup
Gizi fisik, kepentingannya tidak bisa disangkal. Para ahli gizi menyatakan jika kurang gizi, jangan harap akan lulus SD. Kondisi gizi yang baik dan energi yang cukup tidak mungkin didapatkan bila asupan sehari-harinya tidak diperhatikan.
Semua bermula dari hal yang kecil sehari-hari. Bila pagi hari asupan energi kita tak memadai bagaimana mungkin anak mampu beraktivitas dan berpikir?
Semua bermula dari hal yang kecil sehari-hari. Bila pagi hari asupan energi kita tak memadai bagaimana mungkin anak mampu beraktivitas dan berpikir?
Dorong Anak Aktif secara Fisik
Gizi jiwa. Anak yang aktif secara fisik membuat ia tidak kecanduan dengan dunia layarnya. Ia menemukan hal yang juga mengasyikkan, yaitu berinteraksi dengan sesama yang merupakan aktualisasi diri dan juga meningkatkan kepercayaan dirinya.
Hal ini baru akan berhasil bila orangtua menjadi role model secara aktif untuk melakukannya terlebih dahulu dan mengomunikasinkannya kepadanya dengan baik. Jadi, bukan “memerintah” tetapi anak yang membuat keputusan sendiri.
Seringkali pola komunikasi antara anak dan orangtua tidak memberikan kesempatan pada anak untuk memilih. Anak juga tak diberi kesempatan untuk membuat keputusan (biasanya, yang terjadi… pada akhirnya orangtualah yang memutuskan untuk anak).
Kelihatannya sepele, bukan? Tapi dalam banyak hal orangtua atau ibu mengambil alih 3 hal penting “BMM” bagi pertumbuhan: kemampuan Berpikir , Memilih dan Mengambil Keputusan , yang merupakan ingredients inti dari ketangguhan.
Hal ini baru akan berhasil bila orangtua menjadi role model secara aktif untuk melakukannya terlebih dahulu dan mengomunikasinkannya kepadanya dengan baik. Jadi, bukan “memerintah” tetapi anak yang membuat keputusan sendiri.
Seringkali pola komunikasi antara anak dan orangtua tidak memberikan kesempatan pada anak untuk memilih. Anak juga tak diberi kesempatan untuk membuat keputusan (biasanya, yang terjadi… pada akhirnya orangtualah yang memutuskan untuk anak).
Kelihatannya sepele, bukan? Tapi dalam banyak hal orangtua atau ibu mengambil alih 3 hal penting “BMM” bagi pertumbuhan: kemampuan Berpikir , Memilih dan Mengambil Keputusan , yang merupakan ingredients inti dari ketangguhan.
Hadirkan Tuhan dalam Diri Anak
Gizi Spiritual. Unsur lain dari ketangguhan, selain kesepakatan orangtua dan komunikasi yang baik dan benar adalah hadirnya Tuhan dalam diri anak. Ini pijakan dasar yang harus kuat. Karena dengan menghadirkan Tuhan dalam diri anak, ia mengetahui bahwa dia dan orang di sekitarnya diciptakan dengan sangat unik.
Seiring dengan menyadari keunikannya, bila ia berada dalam situasi kompetisi, ia mengenal limitasi dirinya, dan bisa menerima kenyataan. Dengan menghadirkan Sang Pencipta pun memudahkan orangtua dalam mengasuh jiwa yang tangguh.
Gizi Spiritual. Unsur lain dari ketangguhan, selain kesepakatan orangtua dan komunikasi yang baik dan benar adalah hadirnya Tuhan dalam diri anak. Ini pijakan dasar yang harus kuat. Karena dengan menghadirkan Tuhan dalam diri anak, ia mengetahui bahwa dia dan orang di sekitarnya diciptakan dengan sangat unik.
Seiring dengan menyadari keunikannya, bila ia berada dalam situasi kompetisi, ia mengenal limitasi dirinya, dan bisa menerima kenyataan. Dengan menghadirkan Sang Pencipta pun memudahkan orangtua dalam mengasuh jiwa yang tangguh.