Menemani anak saat bermain? Kenapa tidak? Waktu ini sangatlah penting bagi perkembangan anak karena orang tua bisa memantau apa saja yang dilakukan buah hatinya.
Yang biasa terjadi adalah, anak bermain sendiri dan tidak mendapat penjelasan tentang mainan yang mereka gunakan. Cobalah untuk menggunakan interaksi. Bentuk interaksi bisa bermacam-macam.
Contohnya, orangtua bisa memberikan dua pilihan mainan, lalu anak yang memutuskan satu di antaranya. Kemudian, ketika anak terbiasa memainkan permainan yang sama terus-menerus, orangtua bisa menarik perhatian anak agar mau mengeksplorasi mainan baru.
Caranya, dengan mengajak anak melihat mainan baru tersebut, lalu mendemonstrasikan cara memainkannya.
"Ketika anak bermain, beri komentar mengenai apa yang dilakukannya. Lakukan tatap mata, untuk menandai adanya dukungan pada anak," kata Mayke, MSi, play therapist yang dikutip dari Kompas.com .
Berikan kebebasan agar anak memainkan mainan dengan caranya sendiri. Yang perlu Anda lakukan hanya memperkenalkan variasi untuk memainkan mainan yang sama. Terlalu membatasi kebebasan anak hanya akan membuatnya merasa terganggu.
Mayke juga menekankan pentingnya membatasi digital games untuk anak.
"Games di ponsel atau di komputer merupakan stimulus yang sangat kuat, karena ada gerak dan suara. Akibatnya, mata akan berfokus pada satu layar saja. Hal ini akan menimbulkan gangguan tracking mata, yang terjadi saat ia (belajar) membaca," seru Mayke yang juga pengajar senior di Fakultas Psikologi UI
Mayke juga mengatakan bahwa anak laki-laki tak perlu dilarang ketika memainkan boneka atau alat masak-memasak milik adik atau kakaknya.
Sebab, hal ini merupakan bagian dari proses eksplorasinya terhadap mainan tersebut. Anak laki-laki tak akan mengalami perubahan orientasi seksual ketika dewasa, hanya karena ketika masih kecil memainkan mainan anak perempuan.
Yang biasa terjadi adalah, anak bermain sendiri dan tidak mendapat penjelasan tentang mainan yang mereka gunakan. Cobalah untuk menggunakan interaksi. Bentuk interaksi bisa bermacam-macam.
Contohnya, orangtua bisa memberikan dua pilihan mainan, lalu anak yang memutuskan satu di antaranya. Kemudian, ketika anak terbiasa memainkan permainan yang sama terus-menerus, orangtua bisa menarik perhatian anak agar mau mengeksplorasi mainan baru.
Caranya, dengan mengajak anak melihat mainan baru tersebut, lalu mendemonstrasikan cara memainkannya.
"Ketika anak bermain, beri komentar mengenai apa yang dilakukannya. Lakukan tatap mata, untuk menandai adanya dukungan pada anak," kata Mayke, MSi, play therapist yang dikutip dari Kompas.com .
Berikan kebebasan agar anak memainkan mainan dengan caranya sendiri. Yang perlu Anda lakukan hanya memperkenalkan variasi untuk memainkan mainan yang sama. Terlalu membatasi kebebasan anak hanya akan membuatnya merasa terganggu.
Mayke juga menekankan pentingnya membatasi digital games untuk anak.
"Games di ponsel atau di komputer merupakan stimulus yang sangat kuat, karena ada gerak dan suara. Akibatnya, mata akan berfokus pada satu layar saja. Hal ini akan menimbulkan gangguan tracking mata, yang terjadi saat ia (belajar) membaca," seru Mayke yang juga pengajar senior di Fakultas Psikologi UI
Mayke juga mengatakan bahwa anak laki-laki tak perlu dilarang ketika memainkan boneka atau alat masak-memasak milik adik atau kakaknya.
Sebab, hal ini merupakan bagian dari proses eksplorasinya terhadap mainan tersebut. Anak laki-laki tak akan mengalami perubahan orientasi seksual ketika dewasa, hanya karena ketika masih kecil memainkan mainan anak perempuan.